Skrip Short.ts

Leadership Training from Allah

Katanya susah sekali membentuk mental pemimpin yang ideal pada zaman sekarang. Apalagi pemimpin bangsa. Apalagi pemimpin yang akan mengubah bangunan realitas kegelapan (dhulumat: kebodohan, keterbelakangan, kesesatan, kemiskinan, deviasi sosial, kerusakan umat, kekeruhan pemikiran) menuju cahaya yang benderang (nuur). Agak wajar mungkin, karena pemuda sekarang cenderung egois dan cuek dengan lingkungan masyarakatnya. Kita dengan mudah bisa menjumpai mahasiswa dari kampung sudah tidak kenal lagi nama tetangga sebelah rumahnya. Apalagi mahasiswa yang dari kota.


Kuliah Ilmu Sosial bukan untuk memperbaiki tingkat ketajaman sosial. Apalagi yang berkutik dengan teknik. Jurusan Kedokteran bukan untuk mengasah hati dan jiwanya agar lebih terampil memahami masyarakat sekarat yang tak mampu berobat, tapi kuliah hanya mengasah keterampilannya memanfaatkan ilmunya untuk mengumpulkan tumpukan kertas sakti yang serba fana’: ujung2nya duit.

Dunia hanya menjadi sebuah ajang permainan materi untuk menjadi lebih makmur sendiri. Ya, senang sendirian. Organisasi kader bukan lagi untuk membentuk kader pemimpin bangsa, tapi lebih dimanfaatkan untuk memperoleh tenaga manager, mencari bibit-bibit kuli profesional, membentuk mental karyawan. Untuk melahirkan calon buruh perusahaan.

Bangsa kita sedang mengalami komplikasi krisis yang telah menyumbangkan keruntuhan budaya, politik, ekonomi, apalagi moral. Salah satunya krisis kepemimpinan. Padahal saya melihat di kampus, kader islam semakin membludak seiring dengan gerakan revivalis islam. Saya sangat bersemangat dan antusias sekali menyambutnya.

Selain glamor, kita menyaksikan kontrasnya kehidupan kampus, yakni masjid yang semakin penuh dengan jama’ah sholat. Syukurlah. Tapi yg disayangkan, mengapa ketajaman jiwa untuk mengupas makna sholat tidak lantas dieksplorasi. Padahal alangkah elok dan mulianya jika kita menjadikan sholat sebagai ajang kaderisasi kepemimpinan yang pengkadernya langsung dari Yang Maha Berkuasa, Rajanya raja, Penciptanya presiden.

Alangkah indahnya ketika sujud dimaknai sebagai defence, pertahanan diri dari berbagai ancaman terutama yang terkandung dalam diri kita, dari sifat sombong, dari keangkuhan dalam memimpin, dari ketidakadilan dalam memimpin, dalam meremehkan orang lain.

Alangkah sejuknya ketika kita menyadari bahwa sholat kita merupakan langkah awal dalam menerjemahkan makna surat Al Maa’uun, yang melarang untuk lalai dalam sholat. Tidak main ancamannya, kita disebut kita telah mendustakan agama. Begitupun ketika kita tidak menyantuni anak yatim, tidak menganjurkan memelihara fakir miskin. Artinya semua ritual kita dusta, sholat kita dusta, puasa kita dusta, tahajud kita dusta, karena agama kita dusta.

Bagaimana memaknai ruku’ kita sebagai simbol dan teladan untuk menghormati orang lain. Ketika berdiri lihatlah tempat sujudmu. Ketika sedang berkuasa, lihatlah di bawahmu, lihatlah rakyatmu, perhatikan orang-orang yang tertindas, maupun yang telah dengan sengaja ditindas.

Setiap yang disyariatkan oleh Allah adalah metode training terbaik bagi muslim. Jika semangat untuk mengupas itu sudah tertanam dengan subur di hati setiap muslim, insya Allah kebangkitan umat islam yang dimulai dengan kebangkitan individu-individu muslim akan segera lahir.


sumber :http://rifay.wordpress.com/2008/12/01/leadership-training-from-allah/

No comments:

Post a Comment

Silahkan isi komentar